Winter Elegy (2024) - Musim dingin selalu menjadi waktu yang istimewa bagi saya. Ada sesuatu tentang salju yang turun perlahan, melapisi tanah dengan putih bersih, yang memunculkan perasaan campuran antara ketenangan dan kesepian. Ketika saya mendengar tentang Winter Elegy (2024) untuk pertama kalinya, saya merasa seperti film ini sedang berbicara langsung ke dalam hati saya. Sebagai seseorang yang tumbuh di kota kecil yang dingin, musim dingin bagi saya bukan hanya soal cuaca. Itu adalah sebuah bab tersendiri dalam hidup, di mana waktu seakan melambat, dan semua momen terasa lebih intim dan mendalam.
Jadi, ketika Winter Elegy dirilis, saya tak sabar menontonnya. Dari trailer dan poster filmnya, sudah bisa ditebak bahwa ini bukan sekadar cerita musim dingin biasa. Ini adalah elegi—sebuah puisi tentang kehilangan, cinta yang tidak terbalas, dan keindahan yang rapuh. Sejujurnya, saya memulai film ini dengan ekspektasi yang sangat tinggi, dan meski terkadang ekspektasi semacam itu bisa mengecewakan, saya beruntung Winter Elegy benar-benar memberikan lebih dari apa yang saya harapkan.
Film ini mengikuti kisah seorang perempuan muda, Sofia, yang harus kembali ke kota kecil tempat ia dibesarkan setelah bertahun-tahun tinggal di kota besar. Ia kembali bukan karena keinginan, tetapi karena kehilangan orang yang dicintainya—ayahnya, yang baru saja meninggal dunia. Di tengah hujan salju yang tak kunjung reda, Sofia berhadapan dengan kenangan masa lalu, harapan yang hancur, dan rasa bersalah yang tak tertahankan.
Baca Juga: SEKOTENGS (2024): Webtun Indonesia yang Bikin Ketawa dan Terpukau
Saya benar-benar bisa merasakan dilema Sofia. Mungkin bukan dalam konteks yang sama, tetapi saya tahu bagaimana rasanya pulang ke tempat yang pernah terasa seperti rumah, hanya untuk merasa asing di sana. Sofia, yang mencoba berdamai dengan masa lalunya, mengingatkan saya akan masa-masa ketika saya harus menghadapi kehilangan dalam hidup saya sendiri. Musim dingin, dengan semua ketenangannya, ternyata menyimpan rasa sakit yang dingin pula.
Film ini juga mengajarkan saya tentang arti kehilangan dan bagaimana manusia bereaksi terhadapnya. Kadang kita mencoba menutupinya dengan kesibukan, seperti Sofia yang selalu sibuk dengan pekerjaannya di kota. Kadang, kita hanya lari. Namun, ketika akhirnya kita dihadapkan pada kenyataan, seperti Sofia saat kembali ke kota kecilnya yang dikelilingi oleh salju tanpa akhir, semua emosi itu tak bisa lagi disembunyikan. Dan di situlah letak keindahan Winter Elegy—ia menangkap momen-momen kecil itu dengan begitu indah.
Salah satu pelajaran terbesar yang saya ambil dari film ini adalah tentang menghadapi perasaan kita secara langsung, bahkan ketika itu menyakitkan. Saya dulu sering mencoba melarikan diri dari emosi yang berat, berpikir bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya. Tapi nyatanya, waktu tidak menyembuhkan jika kita tidak memberi diri kita kesempatan untuk merasakan dan memproses rasa sakit itu. Sofia menunjukkan kepada saya bahwa tidak apa-apa untuk tersesat dalam duka sesaat, karena hanya dengan begitu kita bisa menemukan jalan keluar.
Selain itu, sinematografi Winter Elegy benar-benar luar biasa. Setiap frame seperti lukisan musim dingin yang menenangkan, tapi juga menyembunyikan kesedihan di balik kecantikannya. Salju yang selalu turun sepanjang film seakan menjadi metafora untuk perasaan dingin yang membekukan hati Sofia. Saya ingat satu adegan di mana Sofia berjalan sendirian di tengah hujan salju, dan saat itu saya merasakan ketenangan sekaligus kehampaan. Rasanya seperti dunia hanya milik dia dan kenangannya, dan saya pun terhanyut dalam perasaan itu.
Pada akhirnya, Winter Elegy bukan hanya sebuah film tentang musim dingin atau duka. Ini adalah cerita tentang bagaimana kita belajar berdamai dengan masa lalu, bagaimana cinta—meski tak terbalas atau hilang—bisa membentuk kita, dan bagaimana kita menemukan keindahan di tengah kesedihan. Saya sangat merekomendasikan film ini untuk siapa saja yang mencari pengalaman emosional yang mendalam. Hanya pastikan Anda siap untuk merasakan dinginnya salju, baik di luar maupun di dalam hati.
EmoticonEmoticon